A. Perlunya BK di Sekolah
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia sehingga manusia dituntut untuk mampu mengembangkan dan menyesuaikan diri terhadap masyarakat, karena manusia telah dilengkapi dengan berbagai potensi yang memungkinkannya untuk memenuhi tuntutan masyarakat. Pemenuhan terhadap tuntutan masyarakat memerlukan pengembangan individu secara serasi, selaras dan seimbang. Pengembangan manusia secara utuh hendaknya mencapai pribadi-pribadi yang mempunyai kemampuan sosial yang menyejukkan, kesusilaan yang tinggi dan kemampuan serta pengetahuan yang dalam. Tetapi kenyataan yang sering dijumpai adalah keadaan pribadi yang kurang berkembang, rapuh dan keimanan serta ketaqwaan yang dangkal. Sehubungan dengan hal itu dalam proses pendidikan banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh anak-anak, para remaja dan pemuda. Sehingga potensi yang ada pada mereka tidak dapat berkembang secara optimal.
Oleh karena itu banyak dijumpai permasalahan yang terjadi di sekolahan diantaranya adalah hubungan murid dengan murid dan guru dengan murid sangat rapuh dan keras, merajalelanya ketidak utuhan, tuntutan akan kepatuhan yang mutlak dan peniruaan yang membabi buta, persaingan yang tidak sehat dan tingkah laku yang tidak terarah, dll. Semuanya menjegal mental anak-anak. Dari gambaran tentang permasalahan yang terjadi di sekolah tersebut memperlihatkan sekolah-sekolah yang ada di negara ini masih menderits berbagai kekurangan, khususnya yang menyangkut permasalahan siswa.Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari meskipun dengan metode pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini disebabkan karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang terletak di luar sekolah. Sehingga dalam kaitan ini, permasalahan siswa tidak boleh di biarkan begitu saja. Sebab misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang luas untuk secara efektif membantu siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangannya dan juga mengatasi permasalahan-permasalahannya.
Dalam masyarakat yang belum maju maupun masyarakat yang sudah modern, kenyataan menunjukkan bahwa BK juga diperlukan. Lebih-lebih bagi masyarakat yang modern yang mana didalamnya timbul permasalahan-permasalahan yang kompleks, sebab semain maju atau modern suatu masyarakat maka semakin komplekslah persoalan-persoalan yang dihadapi oleh anggota-anggota masyarakat.Oleh karena itu merupakan hal yang wajar bahwa manusia perlu mengenal dirinya dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal dirinya ini manusia akan dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan kemapuan-kemampuan yang ada padanya. Tetapi tidak semua manusia dapat sampai kemampuan ini. Bagi mereka yang sangat diperlukan pertolongan atau bantuan orang lain seperti halnya dapat diberikan oleh BK.
Dengan adanya banyaknya permasalahan atau persoalan yang terjadi meski diluar maupun di dalam sekolah maka disinilah dirasakan pentingnya pelayanan BK disamping kegiatan pengajaran. Dalam tugas pelayanan yang luas BK di sekolah adalah pelayanan untuk semua murid yang mengacu pada keseluruhan perkembangan mereka (siswa).
B. Orientasi BK di Sekolah
Orientasi yang dimaksud disini adalah pusat perhatian atau titik berat pandangan. Misalnya, seseorang yang berorientasi ekonomi dalam pergaulan, maka ia akan menitik beratkan pandangan atau memusatkan perhatian pada perhitungan untung rugi yang dapat ditimbulkan oleh pergaulan yang ia adakan dengan orang lain.
Sehingga apakah yang akan menjadi titik berat atau pusat perhatian konselor terhadap kliennya ? maka itulah orientasi bimbingan dan konseling yang menjadi pokok pembicaraan pada bagian ini. Adapun beberapa orientasinya adalah sebagai berikut:
1. Orientasi Perseorangan
Orientasi perseorangan adalah BK menghendaki agar konselor menitik beratkan pandangan atau memusatkan perhatian pada siswa secara individual, yakni satu persatu siswa perlu mendapatkan perhatian. Pemusatan perhatian terhadap individu itu sama sekali tidak berarti mengabaikan kepentingan kelompok, dalam hal ini kepentingan kelompok diletakkan dalam kaitannya dengan hubungan timbal balik yang wajar antar individu dan kelompoknya. Sehingga kepentingan kelompok justru dikembangkan dan ditingkatkan melalui terpenuhinya kepentingan dan tercapainya kebahagiaan individu. Apabila secara individual para anggota keompok itu dapat terpenuhi kepentingannya dan merasa bahagia, dapat diharapkan kepentingan kelompok pun akan terpenuhi pula.
Sejumlah kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam BK dapat dicatat sebagai berikut :
a. Semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan BK diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu.
b. Pelayanan BK meliputi kegiatan berkenaan dengan individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya, motivasi-motivasinya dan kemampuan-kemampuan potensialnya.
c. Setiap klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani individual.
d. Tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan dan perasaan klien serta untuk menyesuaikan program-program pelayanan dengan kebutuhan klien setepat mungkin.
2. Orientasi Perkembangan
Orientasi perkembangan dalam BK lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan yang hendaknya terjadi pada diri individu. Menurut Hansen, dkk (1976) peran BK adalah memberikan kemudahan-kemudahan bagi gerak individu menjalani alur perkembangannya.
Secara khusus, Thompson & Rudolph (1983) melihat perkembangan individu dari sudut perkembangan kognisi. Dalam perkembangannya, anak-anak mempunyai kemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi dalam empat bentuk :
a. Hambatan Egosentrisme, yaitu ketidakmampuan melihat kemungkinan lain di luar apa yang dipahaminya.
b. Hambatan Konsentrasi, yaitu ketidak mampuan untuk memusatkan perhatian pada lebih dari satu aspek tentang sesuatu hal.
c. Hambatan Reversibilitas, yaitu ketidakmampuan menelurusi alur yang terbalik dari alur yang dipahami semula.
d. Hambatan Transformasi, yaitu ketidakmampuan meletakkan sesuatu pada susunan urutan yang ditetapkan.
3. Orientasi Permasalahan
Hambatan dan rintangan dalam perjalanan hidup dan perkembangan pastilah akan mengganggu tercapainya kebahagiaan itu. Agar tujuan hidup dan perkembangan, yang sebagiaannya adalah tujuan BK, itu dapat tercapai dengan sebaik-baiknya, maka resiko yang mungkin menimpa kehidupan dan perkembangan itu haruslah selalu diwaspadai. Kewaspadaan terhadap timbulnya hambatan dan rintangan itulah yang melahirkan konsep orientasi masalah dalam pelayanan BK.
Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi BK yang telah dibicarakan, orientasi masalah secara langsung bersangkut-paut dengan fungsi pencegahan dan fungsi pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari masalah-masalah yang mungkin membebani dirinya, sedangkan fungdi pengentasan menginginkan agar individu yang sudah terlanjur mengalami masalah dapat teratasi masalahnya.
Jenis masalah yang mungkin diderita oleh individu amat bervariasi. Roos L. Mooney mengidentifikasikan 330 masalah yang digolongkan ke dalam sebelas kelompok masalah yaitu :
1. Perkembangan jasmani dan kesehatan
2. Keuangan, keadaan lingkungan dan pekerjaan
3. Kegiatan sosial dan reaksi
4. Hubungan muda-mudi, pacaran dan perkawinan
5. Hubungan sosial kejiwaan
6. Keadaan pribadi kejiwaan
7. Moral dan agama
8. Keadaan rumah dan keluarga
9. Masa depan pendidikan dan pekerjaan
10. Penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah
11. Kurikulum sekolah dan prosedur pengajaran
C. Ruang Lingkup BK di Sekolah
Pelayanan BK memiliki peran penting, baik bagi individu yang berada dalam lingkungan sekolah, rumah tangga, maupun masyarakat pada umumnya. Uraian di bawah ini akan membicarakan peran BK pada masing-masing ruang lingkup kerja tersebut.
1. Pelayanan BK di sekolah
Dalam melaksanakan program BK perlulah kiranya diperhatikan batas-batas sampai di mana kemungkinan kegiatan bimbingan itu boleh dilakukan. Maka dari atas ruang lingkup program bimbingan di sekolah, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. BK dilakukan untuk melayani semua murid. Dengan kata lain bahwa program BK yang telah disusun bukanlah semata-mata melayani murid yang salah, tetapi diperuntukkan untuk semua murid tanpa ada kecuali di sekolah bersangkutan.
b. BK dilaksanakan untuk membantu murid dalam membuat rencana dan mengambil keputusan-keputusan sendiri.
c. BK dilakukan dengan melibatkan guru dan personil lainnya dalam memberikan bantuan kepada murid.
d. BK dilakukan dalam batas-batas kemampuan yang dimiliki oleh staf pembimbing (konselor).
e. Program BK di sekolah berpusat dalam ruang lingkup pada pencegahan kesulitan siswa, dalam rangka situasi dan proses belajar-mengajar di sekolah.
2. Pelayanan BK di luar sekolah
Warga masyarakat yang memerlukan pelayanan BK ternyata tidak hanya mereka yang berada di lingkungan sekolah atau pendidikan formal saja. Namun warga masyarakat di luar sekolah pun banyak yang mengalami masalah yang perlu dituntaskan dan jika mungkin timbulnya masalah-masalah itu justru dapat dicegah.
a. BK di keluarga
Keluarga merupakan satuan persekutuan hidup yang paling mendasar dan merupakan pangkal kehidupan bermasyarakat. Di dalam keluarga setiap warga masyarakat memulai kehidupannya, dan dari keluargalah setiap individu dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat. Lebih jauh mutu kehidupan di dalam masyarakat dan mutu masyarakat itu sendiri sebagian besar ditentukan oleh keluarga-keluarga yang mendukung kehidupan bermasyarakat itu.
BK menurut Palmo, dkk. BK telah dimulai sejak pertengahan tahun 1940 dan sejak tahun 1980 pelayanan itu ditujukan kepada seluruh anggota keluarga yang memerlukannya. Segenap fungsi, jenis layanan dan kegiatan BK pada dasarnya dapat diterapkan dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan masing-masing karakteristik anggota keluarga yang memerlukan pelayanan itu. Khusus untuk anggota keluarga yang masih duduk di bangku pendidikan formal, peranan konselor sekolah sangatlah besar. Sebab konselor hendaknya mampu mensinkronisasikan secara hamonis pemenuhan kebutuhan anak di sekolah dan di rumah pada satu segi, serta fungsi sekolah dan fungsi sekolah dan fungsi keluarga terhadap anak pada segi yang lain.
b. BK dalam lingkungan yang lebih luas
Permasalahan yang dialami oleh warga masyarakat tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah dan keluarga saja, melainkan juga di luar keduanya. Pelayanan BK yang menjangkau daerah kerja yang lebih luas itu perlu diselenggarakan oleh konselor yang bersifat multidimensional, yaitu mampu bekerja sama selain dengan guru, administator dan orang tua juga dengan berbagai komponen dan lembaga di masyarakat secara lebih luas. Knselor seperti itu bekerja dengan masalah-masalah personal, emosional, sosial, pendidikan dan pekerjaan, yang semua itu demi mencegah timbulmya masalah.
Konselor profeional yang multidimensional benar-benar menjadi ahli yang memberikan jasa berupa bantuan kepada orang-orang yang sedang memfungsikan dirinya pada tahap perkembangan tertentu, membantu mereka mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari kondisi dan apa yang sudah mereka memiliki, membamtu mereka menangani hal-hal tertentu agar lebih efektifmerencanakan tindak lanjut atas langkah-langkah yang telah diambil, serta membantu lembaga ataupun organisasi melakukan perubahan agar lebih efektif. Dalam pelaksanaan peranannya yang lebih luas itu konselor ada dimana-mana, dilembaga formal dan nonformal di desa-desa dan di kota-kota konselor bekerja sama dengan keluarganya dan tokoh-tokoh masyarakat kepala desa dan camat dengan para pemimpin formal maupun non formal
Jumat, 22 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar